EKBISPAR.COM – Bank Indonesia Provinsi Banten menegaskan pentingnya sinergi kebijakan dan kolaborasi antarlembaga dalam menghadapi dinamika ekonomi global dan menjaga ketahanan ekonomi daerah. Pesan tersebut disampaikan oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten dalam sambutannya pada Forum Ekonomi Banten Tahun 2025, sebuah pertemuan tahunan yang menjadi ruang evaluasi, koordinasi, serta penyusunan arah kebijakan ekonomi daerah.
Dalam membuka kegiatan, Kepala BI Banten mengajak seluruh peserta untuk bersyukur dan memaknai forum ini sebagai momentum penguatan optimisme. “Forum Ekonomi Banten Tahun 2025 merupakan forum pertemuan akhir tahun yang istimewa, karena kita tidak hanya mempererat silaturahmi, namun juga berbagi semangat optimisme dan harapan untuk masa depan perekonomian Provinsi Banten yang lebih baik,” ujar Ameriza.
Ia juga menyampaikan apresiasi atas dukungan pemerintah daerah, pelaku usaha, akademisi, dan media yang telah menjaga kolaborasi sepanjang tahun. “Besar harapan kami agar sinergi ini terus terjaga dan semakin erat untuk menghadapi dinamika dan tantangan ke depan,” tambahnya.
Dalam paparannya, Kepala BI Banten menyoroti kondisi global tahun 2025 yang penuh ketidakpastian akibat perang tarif Amerika Serikat, fragmentasi geopolitik, serta kebijakan proteksionisme negara lain. Meski demikian, Banten dinilai mampu mempertahankan kinerja positif.
Pertumbuhan ekonomi Banten pada Triwulan III 2025 tercatat 5,29%, melampaui pertumbuhan nasional 5,04% dan rata-rata wilayah Jawa 5,17%. Banten juga menjadi salah satu provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Pulau Jawa. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh konsumsi rumah tangga, investasi besar di sektor industri dan perumahan, serta peningkatan ekspor luar negeri terutama dari komoditas besi-baja, kimia–farmasi, dan makanan–minuman olahan.
Dari sisi lapangan usaha, kinerja ekonomi Banten didukung oleh industri pengolahan, perdagangan besar–eceran, informasi dan komunikasi, real estate, serta pertanian. Sektor pertanian menunjukkan pemulihan kuat mengikuti musim panen di Lebak dan Pandeglang. Kepala BI Banten juga mengungkapkan bahwa investasi hingga September 2025 mencapai Rp91,5 triliun, atau 142% dari target RKPD, menjadikan Banten sebagai provinsi dengan realisasi investasi tertinggi keempat secara nasional.
Meski tumbuh kuat, Banten masih menghadapi tantangan serius berupa kesenjangan ekonomi wilayah. Banten Utara menyumbang 91,5% pembentukan ekonomi daerah, sementara Banten Selatan hanya 8,5%. Keterbatasan infrastruktur, tingginya pengangguran, produktivitas pertanian yang rendah, belum optimalnya hilirisasi, serta minimnya pengembangan wisata berkelanjutan menjadi hambatan utama wilayah selatan. “Banten Selatan memiliki potensi besar, tetapi pengembangannya belum optimal. Infrastruktur yang memadai akan menjadi kunci pembentukan pusat pertumbuhan ekonomi baru,” jelas Kepala BI Banten.
(Sarah)


